Menulis Tak Harus Opini

Oleh : Herlianto. A

Sumber : liputan6

Dua Pandangan jadoel yang harus dibuang adalah menulis itu harus opini dan tulisan itu harus dimuat di koran. Hai gaess.. Kalau Anda masih memiliki dua pandangan ini, maka segera cuci muka, kali aja belum sadar kalau ini udah bukan era 2015an.

Zaman kita serba digital dan telah mengubah segalanya, kita bisa menjadi user bagi setiap informasi dan tulisan yang akan kita tayangkan. Kita bisa buat berbagai akun gratis, lalu log in di berbagai website dalam dan luar negeri. Bila Anda bisa cas-cis-cus, misalnya, tuliskan kisah teman Anda dalam bentuk featured di akun orang asing. Itu keren gaess.

Anda boleh menulis berita (citizen jurnalism), catatan pribadi, berbagai hikmah: hikmah banyak hutang, hikmah dikejar debt collector, hikmah diputusin pacar, hikmah nggak punya kuota. Tapi, itu semua apakah masih ada hikmahnya? Mungkin saja ada, coba cari.

Bisa juga nulis opini, featured, puisi, cerpen, pantun, tips, dst. Ide bisa satu, pendapat bisa satu, tapi ada berbagai cara mengekspresikannya dalam tulisan. Ada berbagai genre tulisan yang bisa dicoba untuk mengekspresikan ide Anda. Tak harus opini.

Anda juga tak usah bingung, bila tulisan itu tak dimuat di koran. Keberadaan koran hari ini kian terseok-seok, oplahnya kian menurun, pembacanya kian sedikit. Juga tidak usah risau bila tak “diuplot” di website besar, terkenal. Anda bisa bikin media Anda sendiri, bikin blog sendiri, anda pasang semua tulisan Anda. Anda bagikan di facebook, Instagram, Twitter, dst.

Tapi untuk apa semua tulisan itu? Ngejar dunia? Tidak gaess. Hidup itu untuk berbagi gaess. Kita di tahun sulit ini (akibat pandemi) tak ada (sedikit) materi yang bisa dibagi. Satu hal yang bisa kita bagi adalah hikmah dibalik setiap peristiwa yang kita alami.

Tujuannya satu, saling menginspirasi dan memotivasi satu sama lain tentang bagaimana menjalani sisa kehidupan yang tidak pernah kita minta ini.  

Post a Comment

0 Comments