5 Rekomendasi Buku Filsafat Islam

Oleh: Herlianto. A

Ilustrasi buku Filsafat Islam. Foto/dok

Mazhabkepanjen.com - Kali ini saya ingin sharing lima buku pengantar filsafat Islam yang cocok untuk pemula. Tentu ada banyak buku pengantar filsafat Islam, tetapi sejauh bacaan saya, lima buku ini sangat baik dalam mengenalkan filsafat Islam. Dalam arti, melalui buku ini kita bisa mengenal apa yang menjadi kekhasan filsafat Islam itu.

1. An Introduction to Islamic Philosophy

 Buku yang ditulis oleh Abdul Rassul Obudiyyat ini membahas tema-tema penting dalam filsafat Islam. Misalnya, soal eksistensi dan esensi atau wujud dan mahiyyah. Kita tahu bahwa salah satu kekahasan filsafat Islam adalah mengakar pada pembahasan dua topik itu. Hanya saja yang diperdebatkan adalah mana yang lebih mendasar, eksistensi atau esensi?

Secara kronologi pembahasan, buku ini diawali dengan mendudukkan apa itu filsafat, lalu membahas beberapa aliran atau mazhab dalam filsafat Islam. Misalnya, filsafat Peripatetik, filsafat Iluminasi, mazhab mistik atau sufisme, filsafat kalam, dan filsafat transendental (al hikma al muta’aliyah).

Baca Juga: Belajar Jenius Pada Ibnu Sina

Lalu membahas panjang lebar soal konsep eksistensi dan esensi serta argumen-argumen pembuktiannya. Buku ini cenderung memuat banyak argumen tentang kemendasaran eksistensi ketimbang esensi.

Selain itu, juga membahas soal nonbeing atau ketiadaan. Jadi apakah ketiadaan itu ada? Apa saja persoalan-persoalan yang akan muncul jika nonbeing itu ada? Apakah ada kausalitas di sana? Serta menjelaskan beberapa respons terhadap persoalan ketiadaan ini.   

Selanjutnya membahas soal sebab akibat-akibat. Apakah sebab akibat itu hanya persoalan mental belaka yang sebatas konsep, atau sebetulnya ada di realitas. Sehingga pengetahuan sebab akibat yang kita punya adalah pengetahuan yang berbasis pada realitas. Ini barangkali berbeda dengan keyakinan empirisme (Barat) yang melihat realitas hanya sebatas urutan kejadian.

Kemudian menyajikan persolan substansi dan aksidensi yang berhubungan dengan kajian fisika. Jadi struktur utamanya buku ini ingin mendudukan suatu linearitas dalam filsafat Islam antara metafisika, matematika dan fisika. Tapi, sayangnya buku ini belum ada versi bahasa Indonesianya, yang ada bahasa Inggris.

2. Islamic Philosophy From Its Origin to The Presents: Philosophy in The Land of Prophecy

 Buku ini ditulis oleh Seyyed Hossein Nasr, salah satu penulis yang banyak menyajikan pemikiran atau filsafat Islam. Karya-karyanya banyak diterjemahkan ke dalam bahas Indonesia. Buku ini kayaknya baru saja ada versi bahasa Indonesianya.

 Namun saya belum tahu apakah terjemahannya itu bagus atau tidak. Karena kadang ada terjemahan yang malah bikin ruet. Hal ini biasanya terjadi, karena sang penerjemah bahasa Inggrisnya bagus tetapi kurang menguasai bidang kajian yang diterjemahkan.

Misalnya ini, saya beli buku terjemahan “Doktrin-Doktrin Kosmologi Islam” karya Seyyed Hossein Nasr juga. Ada beberapa terjemahannya yang sangat mengganggu. Misalnya, kata accident diterjemahkan jadi kecelakaan. Padahal, accident di situ adalah atribut yang menempel pada substansi yang mestinya diterjemahkan dengan kata aksiden.

Baca Juga: Eksistensi dan Esensi, Metafisika Filsafat Islam

Kemudian necessary being diterjemahkan jadi wujud yang perlu. Ini kurang tepat. Apa itu wujud yang perlu? Mestinya, diterjemahkan jadi wujud niscaya (wajibul wujud). Kemudian ada banyak kutipan-kutipan bahasa Prancis yang dibiarkan begitu saja, bahkan ada beberapa kutipan bahasa Arab, misalnya karya-karya Ibn Sina dihilangkan begitu saja. Ini kurang tepat.

Mungkin penerjemahnya tidak bisa bahasa Prancis dan Arab. Tetapi harusnya penerbit bisa membantu memperbaiki itu sebelum diterjemahkan. Tapi secara umum, kalau tidak ada lagi bolehlah dibaca buku ini.

Kembali ke buku. Pembahasan buku ini diawali dari kajian filsafat Islam di Barat. Dari laporan diberikan, kajian filsafat Islam di Barat sangat pesat, tentu jauh lebih berkembang ketimbang Indonesia. Di Indonesia boleh dibilang sangat rendah.

Kita hampir tidak menemukan kajian filsafat Islam yang serius di Indonesia. Bahkan buku-buku filsafat Islam yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia juga masih sangat terbatas.

Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan peran filsafat dalam Islam. Dalam hal ini, juga pertaliannya dengan kajian-kajian yang lebih dulu hadir dalam tradisi Islam, misalnya ilmu kalam atau teologi dan usul fiqih. Rupanya, argumen-argumen penolakan terhadap filsafat juga muncul dalam Islam, misalnya Ibnu Taimiyah salah satunya.

Tetapi yang dimaksud penolakan filsafat dalam hal ini, bukan filsafatnya melainkan tradisi filsafat Yunani yang masuk melalui kaum Peripatetik. Dalam posisi ini, Al Ghazali juga memberi kritik yang tajam.

Baca Juga: Filsafat Islam Peripatetik

Lalu dilanjutkan dengan pembahasan isu-isu mendasar dalam filsafat Islam. Ini mirip dengan buku di awal tadi yaitu soal eksistensi dan esensi. Kemudian, corak filsafat Islam yang berkembang pasca Ibn Sina.

Terakhir, membahas bagaimana filsafat Islam bertahan di tengah kekalahan politik peradaban Islam hingga hari ini. Dalam konteks ini, Sayyed Hossein Nasr menceritakan perkembangan filsafat Islam di tanah Persia.

Mulai dari mazhab Shiraz, mazhab Isfahan dan mazhab Teheran. Di situ ada banyak nama disebut, mulai dari Mir Damad, Mir Findiriski, Mulla Shadra, Fayd Kashani, Abb Razaq Lahiji, Mulla Hadi Zabziwari, dst.

Tetapi meskipun ada tiga mazhab dan beragam tokoh di Iran ini, namun konsen utama mereka tetap mengembangkan filsafat Mulla Shadra.

3. Formasi Nalar Arab

Buku ini ditulis oleh Abed Al Jabiri, pemikir Islam kontemporer yang karya-karyanya banyak dirujuk, termasuk oleh para penulis dan peneliti dari Indonesia. Terjemahan karyanya dalam bahasa Indonesi juga banyak, termasuk buku ini.

Isi buku ini menunjukkan bagaimana tradisi pemikiran Arab itu terbentuk. Ada tiga pola nalar yang ingin ditunjukkan, yaitu nalar bayani atau nalar yang didasarkan pada teks, nalar irfani yaitu pengalaman langsung atau pengalaman spritual, dan nalar burhani yang didasarkan pada rasionalitas logis. Tiga nalar ini sebetulnya corak yang khas dari epistemologi Islam.

Dalam nalar bayani, Al Jabiri menjelaskan bagaimana teks-teks yang kemudian dijadikan pijakan dalam Islam dibentuk. Misalnya, soal periwatan hadis, lalu bagaimana tafsir atas teks itu berkembang, dst.

Sementara, pada nalar irfani, buku ini mengulas berbagai tradisi mistik yang mempengaruhi sufisme, mulai dari pra Islam di tanah Arab itu sendiri hingga yang datang dari luar seperti Hermetisme. Menurutnya, Hermestisme salah satu kajian mistik dari Yunani yang memengaruhi sufisme.

Adapun nalar burhani, rasional-logis, membahas banyak perdebatan rasional dalam Islam termasuk epistemologi dan ontologi. Dalam hal ini, Al Jabiri mengatakan bahwa tradisi burhani dalam Islam itu dipengaruhi oleh filsafat Yunani dan kemudian dikembangkan.

Salah satu hal penting yang diulas dengan menarik, adalah soal penerjemahan besar-besaran karya-karya Yunani ke dalam tradisi Islam yang justru membuat peradaban Islam itu berjaya secara pengetahuan.  

Dari sekian riset yang dilakukan Al Jabiri terhadap nalar Arab ini, dia sebetulnya hanya ingin melakukan kritik terhadap turats atau tradisi. Karena bagi dia, turats tidak bisa ditinggal begitu saja tetapi perlu dimodernisir dan ada bersamaan dengan kehidupan kita yang kontemporer ini.

4. Filsafat Islam

Buku ini ditulis oleh Ach Dhofir Zuhry. Kalau temen-temen belajar filsafat di Kepanjen, Malang, buku ini adalah salah satu buku pedoman mempelajari filsafat Islam yang pasti dibaca. Biasanya dikaji secara topik pertopik dengan model baca ketat.

Buku ini lebih kepada menjelaskan filsafat secara historis. Jadi membahas kronologi para tokoh-tokohnya dari yang paling awal sampai yang modern. Ada sekitar 20 tokoh yang dibahas mulai dari peletak dasar filsafat Islam macam Al Khindi, Al Farabi, Ibn Sina.

Lalu para filsuf Islam di barat, seperti Ibn Bajjah, Ibn Thufail dan Ibn Rusyd. Para pemikir pasca Ibn Rusyd. Dilanjutkan tokoh-tokoh hermeneutik dalam filsafat Islam, dan filsafat Islam kontemporer, dalam hal ini termasuk Muhammad Iqbal.

Adapun model pembahasannya adalah persis pengantar, misalnya diawali biografi singkat dari filsuf yang dibahas, lalu karya-karya pentingnya, kemudian prisma pemikirannya. Buku ini, menurut saya sangat cocok sekali untuk yang baru memulai mengenal filsafat Islam.

5. Buku Daras Filsafat Islam: Orientasi ke Filsafat Islam Kontemporer

Buku ini ditulis oleh Taqi Misbah Yazdi. Dia adalah salah satu pemikir Islam kontemporer asal Iran yang banyak menulis filsafat Islam dan komparasi bahkan pertautannya dengan filsafat barat modern. Termasuk salah satunya buku ini.

Di lihat dari judulnya Daras, yang berarti pelajaran. Jadi memang buku ini dimaksudkan untuk pengantar filsafat Islam. Buku ini berisi tiga pembahasan utama. Pertama, diskusi posisi filsafat dalam Islam, prinsip-prinsip filsafat dan hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu pengetahuan modern.

Kedua, epistemologi. Ketiga, ontologi. Nah, perbedaannya dengan buku yang pertama dan kedua terletak pada kaitannya dengan filsafat barat modern.

Jadi saat membahas epsitemologi misalnya, buku ini menggali corak epistemologi Islam sekaligus dijadikan senjata untuk mengkritik beberapa kelemahan epistemologi barat modern.

Makanya, pembahasan epistemologinya sekaligus ada kritik terhadap empirisme Hume dan Berkeley, rasionalisme Descartes, ataupun transendentalisme Immanuel Kant.

Begitu juga dengan ontologinya, pembahasan ini menyinggung soal materialisme yang dianggapnya lemah secara rasional. Adapun pemetaan pembahasan ontologi tetap sebagaimana kajian filsafat Islam umumnya, yaitu membahas soal eksistensi dan esensi. Hanya saja dibahas dengan lebih detail ketimbang buku pertama dan kedua di atas.

Nah, itulah lima buku yang saya rekomendasikan untuk teman-teman yang ingin membaca filsafat Islam.

Post a Comment

0 Comments