Oleh: Herlianto. A
Ilustrasi Protocols of Zion. Foto/dok |
Mazhabkepanjen.com - Dokumen ini sangat penting kalau kita
mau membahas gerakan zionisme. Judulnya, TheProtocol of The Learned Elders Zion, (Protokol Sesepuh Cendekiawan Zionis)
atau biasa dikenal Protocols of Zion.
Dokumen ini semacam notulensi hasil
rapat para sesepuh zionis yang membahas rencana-rencana konspiratif mereka
dalam upayanya menaklukkan dunia dengan berbagai cara. Protokol ini sebetulnya
rahasia, tetapi bocor yang kemudian melahirkan kontroversi hingga hari ini.
Nah, kali ini saya akan bicarakan
dokumen itu dalam dua bagian. Pertama membahas isinya, ini yang paling bikin
penasaran, dan kedua dari segi sejarah munculnya buku ini.
Awal Dengar Protocols of Zion
Awalnya, saya mendengar istilah Protocols
of Zion itu sebagai hal yang biasa-biasa saja, hingga ada seorang teman yang
mengaitkannya dengan politik global. Dia bercerita mengapa Amerika sebagai
negara kapitalis tapi di satu sisi menerapkan ide-ide komunis. Misalnya,
kesehatan dan pendidikan di sana menjadi semacam common goods, kebutuhan bersama yang dimiliki bersama oleh
warganya. Padahal dia negara kapitalis, mestinya semuanya diserahkan pada
pasar.
Sebaliknya, China yang menyatakan diri
sebagai negara komunis yang mestinya semuanya menjadi common goods, malah ekspansi ekonominya terutama ke negara-negara
yang berkembang seperti Indonesia sama sekali tidak komunis, malah lebih
kapitalis dari Amerika. Jadi komunisme menjadi semacam kedok yang diseting.
Baca Juga: Belajar Jenius pada Ibnu Sina
Teman saya menjelaskan fenomena ini agak
sedikit konspiratif, bahwa ide-ide sosialisme-komunisme adalah seting global
dari satu agen yang ingin menguasai dunia, dalam hal ini adalah zionisme. Semua
seting itu, kata dia, ada di Protocols of Zion. Nah, saya penasaran lalu
mencari dan membaca buku itu?
Isi Protokol Zion
Protocols of Zion ini berisi 24 protokol
atau bagian, masing-masing memiliki bagian-bagian lagi semacam pasal-pasal.
Dari 24 protokol ini strukturnya tidak tampak, tidak seperti buku ilmiah yang
terstruktur dari pembukaan, isi hingga penutup. Tetapi lebih pada poin-poin
konspirasi apa saja yang akan mereka dilakukan.
Jadi ada banyak poin dan bidang yang dilakukan
oleh Yahudi untuk menaklukkan dunia, mulai politik, pers, pendidikan, hingga
ekonomi. Dalam protokol ini, para tetua itu menyebut diri sebagai srigala
sementara orang-orang non Yahudi yang disebut goyim diposisikan sebagai domba. Maka, apa yang akan terjadi ketika
srigala berada dalam kerumunan domba. Tentu saja, domba akan menjadi mangsanya.
Ini bisa dibaca di protokol ke-11.
Baca Juga: Teori Ekonomi Malthus, Kritik dan Relevansinya
Jadi, dalam protokol ini kaum sepuh Yahudi mau membuat negara super kuat dan kemudian menaklukkan dan menguasai negara-negara lain, atau kaum goyim. Dengan cara apa? Di sini yang menarik konspirasinya.
Pertama-pertama, mereka akan menguasainya
dari sisi politik dengan cara menyebarkan paham liberalisme atau kebebasan pada
publik negara-negara goyim. Ada
petikannya untuk ini, begini bunyinya: “kata kebebasan, kata mereka,
memunculkan berbagai golongan manusia untuk melawan terhadap segala kekuatan,
terhadap setiap kekuasaan bahkan terhadap Tuhan dan hukum-hukum alam.”
Dengan ini mereka mengklaim bahwa
kata-kata kebebasan, seperti liberty,
equality dan fraternity (kebebasan, persamaan dan persaudaraan) yang pernah
membuat gejolak revolusi di Prancis adalah buatan mereka.
Bagaimana ide-ide liberalisme itu bisa
ditangkap oleh publik kaum goyim?
Jawabannya tidak kalah ngerinya, yaitu melalui pers. Ya media yang sehari-hari
kita baca. Ini bisa dibaca di protokol ke-2 dan 12. Tentu saja waktu itu adalah
media cetak, sekarang media online. Media inilah yang akan mereka seting untuk
menanam semangat liberalisme, dan menyampaikan pesan-pesan bohong untuk
kepentingan mereka.
Misalnya, pemberitaan negara-negara liberal
itu baik, maju, dst. Kalau kita membaca buku Manufacturing Consent karya Noam Chomsky dan Edward Herman, memang sepertinya benar
bagaimana politik media global itu berkaitan dengan suatu rezim dan politik
dunia. Contoh sederhana, kasus Israel dan Hamas yang saat ini lagi berperang. Branding
media-media barat yang sering menyudutkan pihak Hamas.
Dengan pers dan liberalisme inilah,
negara-negara goyim itu diguncang dan
dirobohkan. Lalu diadakan pemilihan demokratis. Pada pemilihan inilah, mereka
akan masuk dengan mengirimkan agen-agennya untuk masuk dalam lembaga-lembaga
politik. Mereka lalu membuat konstitusi. Dengan demikian konstitusi adalah
medan mereka untuk melakukan agitasi dan mimbar bagi mereka para tukang kecap
yang mereka kirim.
Agen-agen ini sebagai kaki tangan
mereka, bahkan mereka menyebut pemimpin dalam negara demokrasi itu sebagai
pelayan. Pelayan satu sisi mungkin baik, melayani masyarakat. Tetapi mereka mengambil
keuntungan: namanya pelayan, kalau besok tidak cocok diganti saja yang baru.
Itu artinya bosnya mereka. Ini bisa
dibaca di protokol ke-10. Cara-cara seperti ini tampaknya biasa terjadi di
negara-negara baik Eropa maupun Asia, bahkan mungkin Indonesia. Makanya, di
Indonesia muncul istilah para bohir, orang-orang yang mendanai calon penguasa
ini.
Kemudian, dari sektor pendidikan. Mereka
juga ingin melakukan infiltrasi dengan menguras keyakinan-keyakinan publik goyim pada prinsip-prinsip yang sangat
mendasar, misalnya pada Tuhan. Lalu mereka ingin menggantinya dengan
perhitungan aritmatika dan kebutuhan material. Inilah barangkali yang kita
sebut sebagai sains dan teknologi hari ini.
Dalam konteks pendidikan yang merusak
ini. Mereka mengatakan telah berhasil melakukannya dengan aliran filsafat dan
sains yang banyak diganderungi para pembelajar filsafat, yaitu Darwinisme,
Marxisme dan Nietzsche-isme. Ini bisa dibaca di poin ke-3 protokol ke-2.
Memang dari tiga aliran filsafat dan
sains ini sepertinya ada kemiripan, yaitu materialisme dan anti tuhan.
Nietzsche dikenal sebagai pembunuh tuhan. Marx dikenal sebagai toko
meterialisme, diktumnya yang terkenal “agama itu candu.” Begitu juga Darwin
teori evolusinya menegasikan peran-peran Tuhan dalam sejarah hidup manusia.
Ada lagi soal ekonomi. Dalam hal ini
mereka membentuk monopoli besar. Jadi bisa menampung kekayaan yang sangat
besar, sehingga kaum goyim harus
bergantung secara finansial pada mereka. Lalu mereka memberikan pinjaman yang
berbunga dan mendorong goyim untuk
melakukan pembangunan.
Begitu uang itu kurang, diberikan pinjaman
lagi dengan bunga lagi, lalu bunganya itu berbunga dan seterusnya, hingga tidak
bisa membayar. Praktik ini sepertinya yang dilakukan oleh IMF hari ini sebagai
pemberi hutang pada negara-negara dunia.
Soal gaji, mereka bertekat menaikkan
gaji kaum buruh. Tetapi itu hanyalah ilusi yang mau mereka bangun, mengapa
karena pada waktu yang sama mereka menyeting untuk menaikkan harga-harga
kebutuhan. Lalu secara licik melumpuhkan sumber-sumber produksi, melalui
aksi-aksi kaum buruh. Lagi-lagi praktik-praktik seperti itu sepertinya sudah
terjadi di beberapa negara.
Kita masih bisa menemukan banyak sekali
ide-ide gila konspirasi di dalam 24 Protocols of zion ini. Lalu pertanyaannya
dari mana pertama kali muncul dokumen tersebut? Pertanyaan ini akan
mengantarkan pada bagian kedua pembahasan saya, yaitu sejarah Protocols of
Zion.
Sejarah Prokol Zion
Protocols of Zion ini dalam banyak
cerita dibuat pada kongres pertama Zionis yang di pelopori oleh Theodor Herzl
di Basel, Swiss pada tahun 1897. Tapi baru pertama kali muncul dalam cetakan
buku pada tahun 1905 di Rusia, oleh sosok mistikus bernama Sergyei Nilus.
Dia menjadikan protokol itu sebagai
lampiran bukunya yang berjudul The Great
In The Small: The Coming of The Anti Christ and Rule of Satan on Earth.
Kalau dibahasa Indonesiakan secara bebas kira-kira begini: Yang Dahsyat dalam yang Kecil: Munculnya Anti Kristen dan Peran Setan
di Bumi.
Memang buku ini berisi catatan
langkah-langkah konspiratif menguasai peradaban Kristen dengan membuat negara
sebagai sarana untuk kemudian menguasai peradaban Eropa.
Lalu versi Rusia itu diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris oleh Victor E. Marsden pada tahun 1921. Sejak itulah
Protocols of Zion ini beredar luas dibaca oleh banyak kalangan terutama para
diplomat. Terjemahan dalam bahasa Indonesia juga ada terbit pada tahun 2002
diterjemahkan oleh Ahmad Lukman dan diterbitkan oleh Pustaka Nauka dengan judul
“We Are Wolf: Terjemahan Legkap 24 Pasal Protocol of Zion.”
Jadi, tak sedikit yang menyatakan teks itu
otentik, sehingga melahirkan apa yang disebut anti-semit atau anti Yahudi yang
paling dahsyat tentu yang dilakukan Nazi di Jerman. Ada juga yang bilang itu
palsu. Bahkan ada upaya yang dilakukan untuk menunjukkan kepalsuan dokumen
tersebut ada yang menyatakan itu plagiarisme.
Untuk mendiskreditkan gerakan Bolshevik
maka dibilanglah revolusi itu bagian dari rencana Yahudi yang tertuang di Protocols
of Zion itu. Pada tahun 1935, ada
seorang partai Nazi yang sangat anti Yahudi tentu saja, menyebarkan Protocols
of Zion ini dalam sebuah demonstrasi di Swiss. Dia ditangkap dan disidang,
hasil pembuktiannya katanya protokol itu omong kosong.
Pada tahun 1985, protokol itu mulai
terbit di Iran dan negara-negara timur tengah. Lalu pada tahun 1988, HAMAS,
gerakan perlawan atas Israel di Gaza yang saat ini sedang digempur oleh Yahudi
meyakini keaslian teks itu. Dalam sebuah naskah perjanjian gerakan HAMAS,
menyatakan bahwa rencana konspiratif Yahudi tertuang dalam Protocols of Zion
itu, yang kemudian hari ini juga melibas negara-negara muslim.
Bahkan dalam serialnya di Mexico City
tahun 2005 menyatakan bahwa Holocaust adalah rekayasa Para Tetua Zion dengan
imbalan pendirian negara Israel. Pada tahun yang sama kementerian informasi Suriah
dalam edisi Protocols of Zion mengatakan bahwa peristiwa 11 September 2001 itu
bagian dari rekayasa Zionis.
Jadi pengaruh Protocols of Zion ini sangat besar sampai hari. Pro-kontranya juga berlanjut. Cuma memang susah pembuktiannya, kita hanya bisa mereka-reka bahwa isinya kok sepertinya banyak yang benar hari.
Cara Menerbitkan Artikel di Mazhabkepanjen.com
*) Naskah dikirim ke email: mazhabkepanjen21@gmail.com
*) Redaksi berhak tidak menayangkan artikel yang tidak
sesuia dengan kaidah dan filosofi Mazhabkepanjen.com
0 Komentar